Sepasang Mata

WAYAHE NGOPI 2 : Ilmu Dalam Mistisisme Islam

**Bukankah Kami telah memberinya sepasang mata?
— Quran 90:8

Syeh Ibn ‘Arabi menafsirkan bahwa ayat itu bermakna kita, manusia, sebenarnya dapat melihat sesuatu sebagaimana yang kita lihat di dunia dan melihat apa-apa yang ada di balik penampakan dunia. Itu juga berarti bahwa alih-alih hanya menggunakan satu jalan untuk memperoleh ilmu, kita seharusnya menggunakan jalan lain pula, yang disebut jalan kasyaf atau via bashiroh atau imajinasi kreatif, atau firasat atau jalan mistis. Kita mestinya menggunakan dua jalan itu secara bersama-sama, walau tentu sulit. Maka kiasan sepasang mata itu sungguh bagus sebab dua bola mata kita selalu bekerja bersama. Syeh Ibn ‘Arabi menyarankan agar kita mengembangkan cara pandang kita sedemikian rupa sehingga kita bisa mengetahui atau memperoleh ilmu dengan dua jalur tersebut.

Yang berlawanan dengan ini dinamakan Dajjal, makhluk seram yang digambarkan bermata satu yang akan muncul di akhir zaman. Syeh Ibn ‘Arabi menafsirkannya sebagai metafora untuk cara orang yang memandang dengan perspektif yang terbatas pada satu sisi pengetahuan saja (rasional-intelektual) sehingga terhijab dari sisi lain ilmu, yakni ilmu spiritual atau rohani yang diperoleh bukan melalui pikiran intelektual. Dajjal hanya bisa dikalahkan oleh Muslim. Ini melambangkan bahwa pada akhirnya pemikiran intelektual belaka akan dikalahkan oleh orang yang sudah terbuka (futuh) wawasan intelektual dan rohaninya sehingga memperoleh atau menguasai dua macam pengetahuan: intelektual-rasional dan spiritual, lahir dan batin, atau tekstual dan mistis. Selama seseorang memahami agama hanya melalui akal rasional saja, ia masih terikat pada “sistem dajjal,” sehingga pengetahuannya kerap tidak bermanfaat — misal tahu mencuri haram namun tetap korupsi, tahu mencaci-maki untuk menghina itu dilarang, namun tetap memaki-maki, tahu provokasi dan hasut dilarang, namun tetap melakukan hasutan dan provokasi kasar baik secara terang-terangan maupun diam-diam.

Dengan demikian, dalam Islam dikatakan menuntut ilmu itu wajib, yakni ilmu lahir dan batin, sebab Muslim mestinya membaca ayat-ayat Allah dengan dua cara: yadzkurunallah dan yatafakkarun (Ali Imran 190-191), yaitu zikir dan pikir. Zikir adalah salah satu sarana memperoleh pengetahuan rohani, pengetahuan mistis, dan pikir adalah untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang bermanfaat lainnya, seperti logika, ushul fikih, fikih, linguistik, tafsir, filsafat, sains dan teknologi, ekonomi-bisnis, sosiologi, politik, budaya, seni, sampai ilmu kuliner dan humor. Bila dua jalan itu digunakan bersama-sama, maka bahkan pikir akan menyatu dengan zikir, sehingga terbukalah lapisan rohani yang lebih dalam, di mana dikotomi lahir-batin lenyap, dan bahkan dikotomi apapun juga lebur dalam satu perspektif yang utuh: Tauhid, gagasan dasar yang menyatakan bahwa segala-galanya berasal dari Yang Maha Esa dan akan kembali ke Yang Maha Esa, di mana hanya ada Kesatuan tanpa keragaman sebab hanya Tuhanlah wujud yang hakiki dan sejati itu.

Wa Allahu a’lam
#embahnyutz



“Buku Wayahe Ngopi 2; Ilmu dalam Mistisisme Islam – bisa dipesan via olshop DIVA Press” Rp52.000 (selama masa pre-order s/d 15 Februari 2022) di toko Diva Press Group Tokopedia. Link:

https://tokopedia.link/AJqJdD9Frnb

Leave a comment